" Pos! "
Suara pengantar pos terdengar memanggil didepan rumah, aku bergegas membuka pintu dan menghampiri bapak pos.
"Ada surat untuk saya pak?"
"Saudara reza?" bapak pos bertanya kepadaku.
"Iyah pak, saya sendiri" jawabku.
"Oh,..ini suratnya dan tolong tandatangani disini". Sembari menyodorkan bukti penerimaan untukku.
"Terimakasih pak"
"Sama-sama, mari .." seraya menghidupkan kembali sepeda motornya untuk menghantarkan surat kepada yang lainnya.
Ku pandangi surat yang baru saja aku terima,aku tidak berani membukanya aku membawanya kedalam tanpa membukanya terlebih dahulu. Aku tahu surat ini berasal dari universitas yang memberikan beasiswa untukku.
"Surat dari siapa reza?"
Aku terkejut mendengar ibuku bertanya perihal surat yang aku terima, aku tidak tahu kalau ibuku memperhatikanku sedari tadi.
"Bukan dari siapa-siapa bu" aku mencoba menghindar.
"Mengapa tidak kau baca nak?" seraya menghampiri dan menatap mataku.
Perih rasanya ketika harus menatap tatapan itu, yang aku rasakan hanyalah betapa ku menyayangi ibu.
"Dari Universitas bu, nanti reza baca sehabis pulang dari pasar"
"Mengapa harus nanti?" Ayo lekas dibaca siapa tahu itu kabar penting untuk kamu"
"Ibu juga ingin tahu apa isi surat itu"
"Iyah bu" jawabku
Aku membuka surat tersebut dan ku baca surat itu bersama-sama.
"Betul kata ibu za, ini kabar bagus untuk kamu"
"Ibu senang mendapat kabar ini, akan ibu beritahu adikmu tentang kabar ini".
Ibu mengusap rambut seraya mencium keningku dan bergegas menuju kamar adikku dan meninggalkanku dengan perasaan berkecamuk didalam dada.
Isi surat itu mengatakan bahwa aku harus mendaftar ulang dan harus segera berada disana minggu depan. Dengan demikian aku harus pergi meninggalkan ibu dan adikku berdua disini. Batin ku berkecamuk berat rasanya harus meninggalkan mereka tapi aku tahu ini adalah impianku dan juga impian ibu untuk putra-putranya agar mendapatkan pendidikan yang tinggi.
"Bang...apakah benar apa yang dikatakan ibu?"
Aku kaget dengan suara teriakan adikku yang berada disamping, aku tidak sadar kalau adikku menghampiri, dan aku hanya mengangguk.
"Selamat ya bang, aku janji nanti aku akan menyusul abang disana"
"Kamu boleh menyusul abang kalau kamu sudah selesai atau sudah lulus",
"Kalau kita berdua disana siapa yang akan membantu ibu disini" jawabku
"Iyah…pokoknya aku juga akan seperti abang" seraya memelukku dan langsung pergi untuk kepasar. Ku letakan surat itu dimeja dan akupun bergegas untuk mandi.
"Reza"
"Ibu ingin berbicara denganmu nak"
"Ada apa bu, apakah ibu sakit?"
"Tidak, ibu tidak sakit, ibu hanya ingin membicarakan surat yang tadi siang kamu terima".
"Apakah ibu ingin membatalkannya bu?" tanyaku
"Tidak nak, kamu duduklah dulu ibu akan membuatkan kopi untuk kamu" seraya bergegas kedapur untuk membuatkan kopi untukku. Akupun duduk dan bertanya-tanya apa yang ingin ibu bahas dengan surat yang aku terima tadi siang.
Kulihat ibuku keluar dan membawakan segelas kopi hitam untukku.
"Apa yang ingin ibu bicarakan bu?"
Ibu duduk didepanku dan menatapku.
"Reza, ibu tahu kamu bimbang dengan surat yang kamu terima itu".
"Sebelumnya ibu ingin mengatakan ibu bangga terhadapmu, meskipun ini hanya awal tetapi ibu bangga"
"Kamu mendapatkan beasiswa dan kamu bisa melanjutkan sekolahmu saja sudah membuat ibu bangga"
"Ibu tidak ingin kamu merasa khawatir, Ibu ingin kamu fokus terhadap sekolahmu nanti"
"Ibu yakin adikmu bisa membantu ibu seperti dirimu",...terdengar suara ibu berubah menjadi berat.
"Kamu bisakan seperti yang ibu minta reza?".
Aku tertunduk dan menghela nafas panjang berusaha membuang sesak didada.
"Insyaallah bisa bu (sambil tersenyum)... setelah itu aku masuk kamar, sambil memikirkan tentang surat yang aku terima itu.
Bersambung....
Suara pengantar pos terdengar memanggil didepan rumah, aku bergegas membuka pintu dan menghampiri bapak pos.
"Ada surat untuk saya pak?"
"Saudara reza?" bapak pos bertanya kepadaku.
"Iyah pak, saya sendiri" jawabku.
"Oh,..ini suratnya dan tolong tandatangani disini". Sembari menyodorkan bukti penerimaan untukku.
"Terimakasih pak"
"Sama-sama, mari .." seraya menghidupkan kembali sepeda motornya untuk menghantarkan surat kepada yang lainnya.
Ku pandangi surat yang baru saja aku terima,aku tidak berani membukanya aku membawanya kedalam tanpa membukanya terlebih dahulu. Aku tahu surat ini berasal dari universitas yang memberikan beasiswa untukku.
"Surat dari siapa reza?"
Aku terkejut mendengar ibuku bertanya perihal surat yang aku terima, aku tidak tahu kalau ibuku memperhatikanku sedari tadi.
"Bukan dari siapa-siapa bu" aku mencoba menghindar.
"Mengapa tidak kau baca nak?" seraya menghampiri dan menatap mataku.
Perih rasanya ketika harus menatap tatapan itu, yang aku rasakan hanyalah betapa ku menyayangi ibu.
"Dari Universitas bu, nanti reza baca sehabis pulang dari pasar"
"Mengapa harus nanti?" Ayo lekas dibaca siapa tahu itu kabar penting untuk kamu"
"Ibu juga ingin tahu apa isi surat itu"
"Iyah bu" jawabku
Aku membuka surat tersebut dan ku baca surat itu bersama-sama.
"Betul kata ibu za, ini kabar bagus untuk kamu"
"Ibu senang mendapat kabar ini, akan ibu beritahu adikmu tentang kabar ini".
Ibu mengusap rambut seraya mencium keningku dan bergegas menuju kamar adikku dan meninggalkanku dengan perasaan berkecamuk didalam dada.
Isi surat itu mengatakan bahwa aku harus mendaftar ulang dan harus segera berada disana minggu depan. Dengan demikian aku harus pergi meninggalkan ibu dan adikku berdua disini. Batin ku berkecamuk berat rasanya harus meninggalkan mereka tapi aku tahu ini adalah impianku dan juga impian ibu untuk putra-putranya agar mendapatkan pendidikan yang tinggi.
"Bang...apakah benar apa yang dikatakan ibu?"
Aku kaget dengan suara teriakan adikku yang berada disamping, aku tidak sadar kalau adikku menghampiri, dan aku hanya mengangguk.
"Selamat ya bang, aku janji nanti aku akan menyusul abang disana"
"Kamu boleh menyusul abang kalau kamu sudah selesai atau sudah lulus",
"Kalau kita berdua disana siapa yang akan membantu ibu disini" jawabku
"Iyah…pokoknya aku juga akan seperti abang" seraya memelukku dan langsung pergi untuk kepasar. Ku letakan surat itu dimeja dan akupun bergegas untuk mandi.
"Reza"
"Ibu ingin berbicara denganmu nak"
"Ada apa bu, apakah ibu sakit?"
"Tidak, ibu tidak sakit, ibu hanya ingin membicarakan surat yang tadi siang kamu terima".
"Apakah ibu ingin membatalkannya bu?" tanyaku
"Tidak nak, kamu duduklah dulu ibu akan membuatkan kopi untuk kamu" seraya bergegas kedapur untuk membuatkan kopi untukku. Akupun duduk dan bertanya-tanya apa yang ingin ibu bahas dengan surat yang aku terima tadi siang.
Kulihat ibuku keluar dan membawakan segelas kopi hitam untukku.
"Apa yang ingin ibu bicarakan bu?"
Ibu duduk didepanku dan menatapku.
"Reza, ibu tahu kamu bimbang dengan surat yang kamu terima itu".
"Sebelumnya ibu ingin mengatakan ibu bangga terhadapmu, meskipun ini hanya awal tetapi ibu bangga"
"Kamu mendapatkan beasiswa dan kamu bisa melanjutkan sekolahmu saja sudah membuat ibu bangga"
"Ibu tidak ingin kamu merasa khawatir, Ibu ingin kamu fokus terhadap sekolahmu nanti"
"Ibu yakin adikmu bisa membantu ibu seperti dirimu",...terdengar suara ibu berubah menjadi berat.
"Kamu bisakan seperti yang ibu minta reza?".
Aku tertunduk dan menghela nafas panjang berusaha membuang sesak didada.
"Insyaallah bisa bu (sambil tersenyum)... setelah itu aku masuk kamar, sambil memikirkan tentang surat yang aku terima itu.
Bersambung....
Komentar
Ditunggu yah kisah selanjutnya
Masih proses soalnya